Mangunan, Bantul – Dalam rangka melestarikan budaya tradisional Jawa yang kaya nilai luhur, Paseduluran Jemparingan Langenastro dan Terate menggelar kegiatan Pengenalan dan Pelatihan Jemparingan di Balai Desa Kalurahan Mangunan, Kapanewon Dlingo, Kabupaten Bantul. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, mulai tanggal 11 hingga 14 Maret 2025, sebagai bagian dari rangkaian Tanggap Warsa Paseduluran Jemparingan Langenastro Kaping 13 dan Paseduluran Jemparingan Terate Kaping 3 dengan tema "Nunggak Semi Budaya" .
Ketua Panitia, Agung Sumedi P., menjelaskan bahwa tema tersebut dipilih karena Jemparingan sebagai warisan leluhur harus dilestarikan melalui cara berbagi dan menyebarkannya kepada generasi muda. "Seperti 'tunggak' yang ditancapkan ke tanah dan dirawat, ia akan bersemi menjadi tanaman baru yang memberikan banyak manfaat. Begitu pula budaya, jika kita sebarkan dan rawat dengan baik, ia akan tumbuh subur dan dikenal lebih luas," ujar Agung dalam sambutannya.
Kegiatan ini diadakan atas kerja sama Paseduluran Jemparingan Langenastro dan Terate dengan PSHT Rayon Mangunan, Ranting Dlingo, Cabang Bantul. Selain bertujuan untuk mengenalkan seni budaya Jemparingan kepada masyarakat luas, pelatihan ini juga menjadi sarana pengukuhan Paseduluran Jemparingan Terate Cabang Bantul.
Rangkaian Kegiatan
Selama empat hari, peserta akan diajak mempelajari teori dan praktik Jemparingan secara mendalam. Berikut adalah rincian kegiatan:
Tanggal 11 Maret 2025: Pengenalan teori Jemparingan, termasuk penjelasan tentang apa itu Jemparingan serta ubo rampe (perlengkapan) yang digunakan dalam olah seni budaya ini.
Tanggal 12 Maret 2025: Peserta mempraktikkan menthang gendhewa (memegang busur tanpa anak panah) serta memahami lima tahap sinau jemparingan , yakni dasar-dasar teknik dan filosofi Jemparingan.
Tanggal 13 Maret 2025: Praktik ngecul (meluncurkan anak panah) untuk merasakan dan memahami kelima tahap sinau jemparingan secara lebih mendalam.
Tanggal 14 Maret 2025: Penutupan kegiatan dengan acara sugengan menggunakan tumpeng robyong sebagai simbol syukur. Acara ini juga diisi dengan pengukuhan Paseduluran Jemparingan Terate Cabang Bantul serta simulasi gladhen (ujian kemampuan).
Filosofi Jemparingan: Nunggak Semi Budaya
Jemparingan bukan sekadar seni memanah tradisional Jawa, tetapi juga merupakan media pembelajaran budi pekerti, kesabaran, dan kebijaksanaan. Melalui kegiatan ini, panitia berharap nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Jemparingan dapat menyebar luas seperti benih yang tumbuh subur di tanah yang subur.
"Jemparingan adalah warisan budaya yang tidak hanya mengajarkan keterampilan fisik, tetapi juga spiritual. Lewat tema Nunggak Semi Budaya , kami ingin menunjukkan bahwa budaya yang dilestarikan dan dibagikan akan memberikan manfaat besar bagi masyarakat," tambah Agung.
Harapan dan Manfaat Kegiatan
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam mengenalkan Jemparingan kepada generasi muda, khususnya anggota PSHT Rayon Mangunan. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkuat solidaritas antar-peserta serta meningkatkan apresiasi terhadap budaya tradisional Jawa.
"Kami berharap, melalui pelatihan ini, Jemparingan dapat menjadi salah satu wadah bagi masyarakat untuk mempelajari nilai-nilai budaya Jawa yang mendalam. Semoga ke depannya, semakin banyak orang yang tertarik untuk belajar dan melestarikan seni ini," tutup Agung.





